Khutbah Pertama
اللّٰهُ اَكْبَر (9×)
اللّٰهُ اَكْبَرُ كَبِيرًا
وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً، لاَ
إِلٰهَ إِلاًّ اللّٰهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ, مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ,
وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ, صَدَقَ وَعْدَهُ,
وَنَصَرَ عَبْدَهُ, وَاَعَزَّ جُنْدَهُ, وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ
إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ اللهُ اَكْبَرُ، الله اَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ.
الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ اِيَّاكَ
نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّى وَنَسْجُدُ وَاِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ, نَرْجُوْ
رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ اِنَّ عَذَابَكَ الْجِدَّ بِالْـكُفَّارِ
مُلْحَقً.
أَشْهَدُ اَنْ لَّا اِلٰهَ
اِلَّا أَنْتَ وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ، وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ
وَرَسُوْلُكَ. الَلَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى مَنْ سَنَّ بِقَوْلِهِ: اَيُّهَا
النَّاسُ, اِنَّ دِمَاءَكُمْ وَاَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَةِ
يَوْمِكُمْ هَذَا فِىْ شَهْرِكُمْ هَذَا فِىْ بَلَدِكُمْ هَذَا اَلَّا كُلِّ
شَيْئٍ مِنْ اَمْرِ الْجَهِلِيَّةِ تَحْتَ قَدَمَيَّ مَوْضُوْعٌ, وَعَلٰى اٰلِهٖ
وَاَصْحَابِهٖ وَمَنْ وَّالَاهُ.
اَمَّا بَعْدُ: عِبَادَ
اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ
كَمَاجَاءَ فِى قَوْلِهِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا
يَوْماً لاَّ يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ, وَلاَ مَوْلُوْدٌ هُوَ جَازٍ عَنْ
وَالِدِهِ شَيْئاً, اِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةَ
الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللهِ اْلغَرُوْرُ.
Kaum
muslimin jamaah sholat idul adha rahimakumullah
Puji
dan syukur kita persembahkan ke hadirat Allah swt. saat ini umat islam di
seluruh dunia kembali dipertemukan dengan hari raya qurban, hari raya idul adha
1436 H. Dimana pada hari ini, kaum muslimin merayakannya dengan mengumandangkan
dan menggemakan takbir, tahlil dan tahmid. Kalimat thayyibah ini akan terus
menggema di seantero jagat ini tidak hanya sampai hari ini saja, melainkan
selama 3 hari tasyrik kedepan, yakni tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.
Kalimat-kalimat yang mengalun tersebut menyentuh kalbu setiap hamba yang
beriman, menggugah kesadaran kita tentang status kita sebagai hamba Allah yang
wajib mengabdi kepada-Nya. Maka marilah kita mengagungkan, memuliakan dan
membesarkan asma Allah yang telah menciptakan dan memelihara langit dan bumi
serta segala isinya. Marilah kita mantapkan langkah kaki dan ayunan tangan kita
untuk meniti jalan menuju keimanan dan takwa kepada Allah swt.
Saat
ini juga, jutaan umat islam dari berbagai penjuru dunia sedang berkumpul di
tanah suci memenuhi panggilan Illahi robbii, untuk menunaikan rukun islam yang
kelima, melaksanakan ibadah haji. Kumpulan manusia dari berbagai etnis,
suku bangsa, beragam bahasa serta
bermacam warna kulit, membuat panorama yang sangat indah dan menakjubkan.
Mereka berbaur bersatu padu dengan satu tujuan untuk menyembah dan memuji Allah
swt, Tuhan semesta alam, mereka membacakan kalimat yang sama yakni kalimat
talbiyah. Kalimat ini adalah sebagai cerminan bentuk ketaatan kepada Sang
Khaliq. Mereka semua meninggalkan bentuk-bentuk keduniawian dan memakai pakaian
yang sama yaitu pakaian ihram, dan merekapun membacakan kalimat yang sama,
yaitu :
لَبَّيْكَ اللّٰهُمَّ
لَبَّيْكَ, لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ, اِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ,
لَكَ وَاْلمُلْكَ لَاشَرِيْكَ لَكَ
Aku datang untuk memenuhi panggilan-Mu Ya Allah, aku datang untuk memenuhi panggilan-Mu, aku datang untuk memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku datang untuk memenuhi panggilan-Mu, sesungguhnya segala puji dan kenikmatan
milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu
Sungguh merupakan suatu pemandangan yang sangat indah,
tidak nampak dari raut mereka para tamu-tamu Allah itu raut muka yang cemberut,
tidak nampak dari mereka itu perselisihan, percekcokan, dan permusuhan. Tidak
juga terlihat wajah-wajah yang penuh dusta, iri dengki, hasut dan segala macam
penyakit hati yang merongrong amaliyah mereka. Pada hari itu seluruh
simbol-simbol keduniawian yang sering menjadi biang kerok perpecahan mereka
tinggalkan semua. Harta benda yang sering membuat mereka lalai dengan kaum
duafa mereka tinggalkan, jabatan dan kekuasaan yang sering membuat mereka ujub
dan takabur juga mereka tinggalkan. Bahkan anak-anak kesayangan yang sering
menyebabkan mereka lalai, tak satupun yang menjadi penghalang baginya untuk
beribadah kepada-Nya. Yang mereka sandang sekarang hanyalah pakaian takwa dan
jabatan sebagai hamba Allah yang beriman. Lantunan kalimat yang mereka ucapkan
benar-benar menunjukkan bahwa mereka adalah umat yang satu, umat yang
dipersatukan oleh nilai-nilai keimanan dan akidah islam yang paripurna. Inilah
pemandangan yang indah dan membahagiakan hati, menenteramkan jiwa orang-orang
yang beriman, yang senantiasa haus akan cucuran rahmat dan ridha Allah swt. Maka pantaslah kalau dalam haditsnya rasulullah
menyatakan :
وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا
الْجَنَّةُ
“Dan
bagi haji yang mabrur, tidak ada balasan yang pantas baginya kecuali surga.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
اللّٰهُ اَكْبَر (3×)
Ma’asyirol muslimin
rahimakumullah,
Sungguh keindahan
spiritual ibadah haji di tanah suci Makkah, mampu mengusik setiap hati orang
yang beriman untuk berkunjung ke Baitullah memenuhi seruan-Nya. Bahkan bagi
mereka yang sedang dan sudah melaksanakan ibadah haji, hati kecilnya bertekat
bahwa suatu saat nanti akan datang kembali ke tanah suci ini. Kenikmatan
beribadah kepada Allah di tanah suci mampu menanamkan kerinduan bagi para
jamaah haji untuk kembali lagi pada masa-masa berikutnya. Demikian juga
bagi orang-orang mukmin yang belum
berkesempatan melaksanakan ibadah haji, selalu muncul kegelisahan akan
datangnya kesempatan baginya untuk melaksanakan ibadah penyempurna rukun islam
ini. Baik itu dari pejabat maupun rakyat jelata, pengusaha hingga buruh tani, orang
kaya hingga orang miskin semuanya memiliki keinginan dan tekad yang sama. Memang, ibadah haji merupakan
ibadah yang melibatkan seluruh aspek, yaitu iman, harta, jiwa dan raga.
Logikanya, orang yang bisa menunaikan ibadah haji hanyalah orang beriman yang
kaya dan memiliki jiwa dan raga yang sehat.
Sepertinya orang miskin dan kebanyakan orang lainnya tidak mungkin akan bisa
menunaikannya.
Akan tetapi Allah telah memberikan bukti kepada kita, bahwa ibadah haji itu
bukan sekedar haknya orang kaya saja, tetapi setiap muslim punya hak yang sama
untuk melaksanakannya. Banyak diantara
jamaah haji itu berasal dari kalangan menengah ke bawah. Ada petani, pekebun,
pekerja bangunan, buruh pabrik, tukang bakso, tukang bubur, sopir angkot,
bahkan ada diantara mereka itu yang hanya menjadi tukang sapu pasar. Dengan
berbekal iman dan tekad yang kuat, mereka mampu menyisihkan sebagian
penghasilannya selama berpuluh-puluh tahun untuk biaya perjalanan haji.
Akan tetapi
sebaliknya, banyak juga orang yang hartanya berlimpah, kedudukan dan jabatannya
terhormat tetapi belum sanggup menyisihkan waktu dan hartanya untuk berhaji.
Ada diantara mereka yang beralasan sibuk, ada yang beralasan banyak kebutuhan
lain yang lebih penting, ada yang demi memikirkan kepentingan dan bekal masa depan, bahkan ada yang mengatakan bahwa dia
belum mendapatkan panggilan dari Allah. Panggilan apalagi yang hendak ditunggu
? Bukankah Allah telah memanggil kita untuk berhaji semenjak ribuan tahun yang
lalu melalui lisan Nabi Ibrahim a.s. sebagaimana firman Allah dalam surah
al-hajj ayat 26-27 :
وَاِذْ بَوَّأْنَا لِاِبْرٰهِيْمَ مَكَانَ اْلبَيْتِ
اَنْ لَّا تُشْرِكْ بِيْ شَيْئًا وَّطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّآئِفِيْنَ
وَاْلقَآئِمِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ. وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ
يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّــأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ
عَمِيْقٍ.
Dan (ingatlah),
ketika kami tempatkan Ibrahim di Baitullah (dengan mengatakan):
"Janganlah engkau mempersekutukan
Aku
dengan sesuatupun, dan sucikanlah rumah-Ku
ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang ruku' dan sujud.
Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya
mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai unta yang
kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh
Dalam tafsir ibnu katsir, dijelaskan bahwa setelah Nabi Ibrahim selesai membangun
Ka’bah, maka Allah berfirman kepadanya : “Serulah manusia untuk pergi haji” Nabi
Ibrahim agak ragu, apakah suara panggilannya akan terdengar oleh seluruh umat
manusia. Ibrahim berkata : “Wahai Tuhanku, bagaimana suaraku ini bisa sampai
?” Kemudian Allah berfirman : “Seru sajalah, Aku (Allah) yang akan
menyam-paikannya”.
Kemudian naiklah Nabi
Ibrahim ke Jabal Qubaisy dan menyeru : “Wahai manusia ! sesungguhnya Allah
telah memerintahkan kepadamu untuk berhaji di rumah Allah ini, agar Allah
mengganjar kepadamu syurga dan melepaskan dari siksa neraka, maka berhajilah”.
Seruan Nabi Ibrahim ini bukan hanya kepada manusia
kala itu saja, karena sebagian besar manusia kala itu belum lahir (termasuk
kita). Maka seruan ini disampaikan juga kepada ruh seluruh manusia yang sudah
terlebih dahulu diciptakan Allah (lagi-lagi termasuk kita). Kemudian mereka menyahuti panggilan itu dengan
membaca Talbiyyah “labaika allahumma labaik” (Aku penuhi panggilanmu ya
Allah, aku penuhi panggilanmu). Maka barang siapa yang menjawab satu kali,
ia akan melaksanakan ibadah haji satu kali seumur hidupnya, dan barang siapa
yang menjawab dua kali, iapun akan berhaji sebanyak dua kali, dan seterusnya.
Oleh karena itu, marilah kita tekadkan dalam hati kita untuk memenuhi panggilan
Allah ini, meskipun secara akal sehat mungkin sulit bagi kita untuk
melaksanakannya. Tetapi tidak ada kata tidak mungkin, tidak ada kata
terlambat, tanamkan niat dalam
hati kita bahwa kitapun akan pergi untuk berhaji. Bahkan, niat ini jangan
sampai pernah putus, kalau kita berniat dan berusaha dengan sungguh-sungguh,
tidak ada yang mampu menghalangi kehendak Allah memberang-katkan kita ke tanah
suci Makkah. Namun perlu diingat bahwa ibadah haji adalah perjalanan suci untuk
menyempurnakan tataran iman dan taqwa kita, maka barangsiapa yang sudah
memiliki niat untuk menunaikannya, apalagi sudah benar-benar melaksankannya,
jangan pernah terselip niat-niat lain yang akan dapat merusak nilai-nilai
ibadah haji kita. Sehingga percuma saja
kita menyandang gelar haji, percuma kita keluarkan uang puluhan juta rupiah dan
waktu serta jiwa raga kita korbankan, kalau ternyata hajinya tidak mabrur
(naudzubillahi min dalik).
اللّٰهُ
اَكْبَر (3×)
Hadirin sidang jamaah shalat ied
rahimakumullah,....
Selain mereka yang saat ini berada di tanah haram,
seluruh umat islam di dunia saat ini juga tengah berkumpul di masjid, di
musholla, dan juga di tanah-tanah lapang
untuk mengerjakan sholat hari raya idul adha. Merekapun memuji kebesaran Allah
dengan kalimat-kalimat thayyibah, takbir, tahlil, tasbih dan tahmid. Dan sebagai
bentuk ketaatan kepada Allah, merekapun menambah amaliyah dengan menyembelih
hewan kurban sebagai perwujudan usaha untuk mendekatkan diri kepada Sang
Pencipta. Kaum muslimin yang memiliki kemampuan secara materi, mereka
menyisihkan sebagian hartanya untuk berkurban dan dagingnya dibagikan kepada
masyarakat yang tergolong mustadh’afin (tidak mampu). Sungguh amaliyah kurban
ini merupakan penjabaran dari nilai-nilai sebuah ketaatan yang luar biasa.
Seolah-olah peristiwa yang pernah terjadi beberapa abad yang silam terulang
kembali. Seorang hamba Allah yang bernama Ibrahim a.s. telah begitu taat dan
patuh kepada perintah tuhannya, bahkan sekalipun harus mengorbankan putra
kesayangannya yaitu Ismail a.s. Maka atas ketaatan beliau inilah Allah
menggantinya dengan sembelihan yang agung (bi dzibkhin ‘adziim), yakni
dengan seekor domba atau biri-biri yang gemuk. Sepertinya
tidak masuk akal,... tetapi itulah pengorbanan ibrahim dan ismail sebagai
bentuk kecintaannya kepada Allah swt. Hal ini tentu sesuai dengan tingkat
keimanan dan ketakwaannya kepada Allah yang tergolong tingkatan sempurna.
Apakah Allah juga memerintahkan kita diminta untuk menyembelih anak kesayangan
kita sebagai bentuk ketaatan kita kepada Allah sebagaimana nabi ibrahim ? Tentu
tidak. Sesuai dengan tingkat keimanan dan ketakwaan kita, tidak mungkin kita
diminta untuk berkurban sebesar pengurbanan ibrahim.
اللّٰهُ
اَكْبَر (3×)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,....
Namun
demikian, hendaknya kecintaan dan ketaatan kita kepada Allah, membuat kita
mampu mengurbankan kecintaan kita terhadap kesenangan dunia kita. Dan bukan sebaliknya..... Jangan kita justru banyak
mengurbakan kecintaan dan ketaatan kita kepada Allah hanya untuk mengejar
kesenangan semata. Kita lihat, berapa lama anak-anak, remaja, bahkan
orang-orang tua yang sanggup mengorbankan waktu selama berjam-jam untuk main
game, browsing, nonton televisi, atau bahkan ngerumpi dengan tetangganya,
sementara mereka tidak sanggup mengorbankan waktu selama beberapa menit untuk
sholat dan dzikir mengingat kebesaran Allah.
Dalam sehari semalam,
berapa kali kita sanggup memegang dan
membuka al-qur’an ? Padahal jika kita bandingkan, dalam sehari itu berapa kali
kita pegang hp, berapa kali membuka buku cerita, dan berapa kali waktu kita
terbuang sia-sia. Ternyata kecintaan kita terhadap alat-alat kesenangan dunia
jauh lebih besar daripada kecintaan kita terhadap al-qur’an yang menjadi
petunjuk jalan selamat bagi kita baik di dunia maupun di akhirat.
Dan berapa banyak
harta yang telah kita sedekahkan untuk fakir, miskin, anak yatim, pembangunan
masjid, dan ibadah-ibadah sosial lainnya ? Sementara berapa banyak uang yang
telah kita habiskan untuk membeli perhiasan, pakaian bagus, kendaraan, dan
kesenangan-kesenangan lainnya?
Sungguh ironis,
ternyata memang keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah belum mampu mengajak
kita untuk mengorbankan sedikit saja kesenangan kita. Padahal Allah swt telah
menyindir kita dengan firman-Nya dalam surat ali-imron ayat 14 :
زُيِّنَ
لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ
الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ
وَاْلأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ, ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا, وَاللهُ
عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَئَابِ
Dijadikan terasa indah dalam
(pandangan) manusia kecintaan terhadap
apa-apa yang diinginkan, yaitu : wanita-wanita,
anak-anak, harta benda
yang bertumpuk dalam bentuk emas dan
perak, kuda pilihan (termasuk kendaraan mewah), binatang-binatang ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).
Dalam ayat lain,
Allah swt juga berfirman :
يــٰٓـاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالَكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ عَنْ
ذِكْرِ اللهِ, وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُوْلـٰٓــئِكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ.
Hai orang-orang
beriman, janganlah harta-bendamu
dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka Itulah
orang-orang yang rugi.
Ayat ini secara tegas
mengingatkan kita, agar jangan sampai harta benda dan anak-anak kita menjadi penghalang untuk kita ingat kepada Allah.
Harta yang dimaksud, tentu seluruh harta benda yang ada dalam penguasaan kita,
baik yang berupa kekayaan (seperti tanah, rumah, gedung dan sebagainya), maupun harta benda yang berupa
perhiasan, fasilitas dan pekerjaan, apalagi benda-benda yang sifatnya hanya
untuk pelengkap semata (seperti kendaraan,
hp, televisi dan sebagainya). Maka barang siapa yang tidak sanggup berkurban atas
kesemuanya itu, niscaya ia termasuk orang-orang yang rugi.
Imam Ali pernah berkata:
"Siapa yang sedih terhadap dunia, maka dia telah marah pada keputusan
Allah. Dan siapa yang hatinya bergelora dengan kecintaan padanya, maka hatinya
diserang oleh tiga penyakit, yaitu : kesempitan yang
tidak akan pernah hilang,
ketamakan yang tidak pernah meninggalkan-nya, dan angan-angan yang tidak akan pernah dijangkaunya."
Oleh
karena itu, marilah kita maknai pelaksanaan kurban dan hari raya idul adha
tahun ini sebagai momentum bagi kita untuk mencanangkan niat yang lurus untuk
berhaji memenuhi panggilan Allah, serta memulai
membiasakan diri kita berkurban dan mengurbankan kesenangan dunia untuk
menuju keridhoan Allah swt.
اَعُوْاذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ,
بِـسْـــــــمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اِنـَّـآ
اَعْطَيْنَاكَ اْلكَوْثَرَ, فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ, اِنَّشَانِئَكَ هُوَ
اْلاَبْتَرَ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ
تِلَاوَتَهٗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ, أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ, لِيْ وَلَكُمْ
وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ. وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ,
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah
kedua.
اللّٰهُ
اَكْبَر (7×)
اللّٰهُ
اَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً
وَأَصِيلاً، لاَ إِلٰهَ إِلاًّ اللّٰهُ اللهُ اَكْبَرُ، الله اَكْبَرُ وَلِلّٰهِ
الْحَمْدُ.
الْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمــَآ اَمَرَ. اَشْهَدُ اَنْ لَآ اِلـٰــهَ
اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَـهٗ, وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُـهٗ, اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى هٰذَا النَّبِيِّ اْلكَرِيْمِ, سَيِّدِ
نَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهٖ وَاَصْحَابِهٖ اَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ.
فَيَاعِبَادَ اللهُ, اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِىْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَـتِهٖ لَعَلَّكُمْ
تُرْحَمُوْنَ. فَقَالَ سُبْحَانَهٗ وَتَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ.
اَعُوْذُ بالله من الشيطان الرجيم.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا
عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى هٰذَا النَّبِيِّ اْلكَرِيْمَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلٰى اَلِـــهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِى اْلعِالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا
وَلِإِخْوِانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَاتَجْعَلْ فِيْ
قُلُوْبِنَا غِلَّالِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَا اِنَّكَ رَؤُفٌ رَّحِيْمٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُّجِيْبٌ
الدَّعَوَاتِ وَيَاقَاضِيَ الْحَاجَاتِ. يَارَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ
نَصَرَ الدِّيْنَ. وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ بَلْدَتَنـَـا
اِنْدُوْنِيْسِيَا بَلْدَةً طَيِّبَةً تَجْرِى فِيْهَا اَحْكَامَكَ وَسُنَّةَ
رَسُوْلِكَ يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ.
اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا
الْغَلَآءَ وَالْبَلَآءَ, وَالْفَحْشَآءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ, وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَآئِدَ
وَالْمِحَنَ, مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً,
وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً, اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٍ.
اللّهُــمَّ اكْتُبِ السَّلَامَةَ لَنَا وَلِعَبِيْدِكَ الْحُجَّاجٍ وَّاْلغُزَاةِ
وَالْمُسَافِرِيْنَ فِى بَرِّكَ وَبَحْرِكَ مِنْ اُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلّٰى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ
اْلعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ
يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ, وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ, يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ.
فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ, وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ, وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Oleh : Kuswantoro, S.Pd.I.