PONPES DARUT TAQWA SUMBERJAYA اَلْمَعْهَدُ الْإِسْلَامِ دَارُ التَّقْوٰى MEMBANGUN INSAN BERTAQWA YANG CERDAS DAN BERTEKNOLOGI
SELAMAT KEPADA SISWA KELAS XII MA DARUT TAQWA SUMBERJAYA DAN KELAS IX MTS DARUT TAQWA SUMBERJAYA YANG DINYATAKAN LULUS 100%

Persaingan Dalam Hidup



Sejak awal penciptaannya, kehidupan manusia tidak lepas dari adanya persaingan. Bahkan sejak dari sebelum manusia itu sendiri diciptakan oleh Allah. Para malaikat yang saat itu sudah terlebih dahulu diciptakan oleh Allah merasa bahwa kehadiran manusia yang hendak diciptakan Allah tersebut merupakan pesaing baginya. Mereka menyatakan rasa tidak setujunya atas rencana Allah menciptakan satu makhluk lagi yang bernama manusia, sebagaimana firman Allah swt :
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلـَٓـــئِكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى اْلاَرْضِ خَلِيْفَةً قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَاتَعْلَمُوْنَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: ”Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”. Tuhan berfirman: ”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (Al-Baqarah:30)
Dengan penjelasan Allah, mereka akhirnya dapat menerima kehadiran manusia sebagai kholifah di bumi. Iblis yang merasa bahwa dirinya lebih baik dari Adam, tidak menerima keputusan Allah atas penciptaan dan penugasan Adam sebagai kholifah di bumi. Dan akhirnya tersingkirlah Iblis dari neraka. Maka dimulailah persaingan antara iblis dengan manusia. Setelah Adam dan Hawa diciptakan, maka muncullah kesempatan iblis untuk menggelincirkan Adam dari surga. Dengan segala tipu dayanya, iblis merayu Adam untuk melanggar larangan Allah, yaitu makan buah Khuldi. Akhirnya Adam dan Hawa dikeluarkan dari surga.
Persaingan antara Iblis dengan Adam belum berakhir. Bibit persaingan ini ditularkan oleh iblis kepada anak cucu Adam. Puncak persaingan antar manusia kala itu ditandai dengan pertikaian antara Habil dan Qobil untuk mendapatkan Iqlima sebagai istrinya. Pertikaian ini berujung pada kematian Habil.
Apakah dengan kematian Habil ini kemudian berakhir semua persaingan antar manusia? Tidak. Disetiap saat, selalu terjadi persaingan antar sesama manusia. Semenjak awal penciptaan Nabi Adam sampai akhir kehidupan dunia nanti, persaingan tidak akan pernah hilang. Bahkan pada era globalisasi dan modern saat ini, persaingan antar sesama manusia sudah merasuki setiap sendi kehidupan, baik itu di bidang pemerintahan, sosial, ekonomi, budaya, politik, keamanan, dan lain sebagainya.
Allah tidak melarang terjadinya persaingan tersebut. Tetapi tujuan akhir dari persaingan tersebut haruslah berujung pada meningkatnya keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Sebagaimana firman Allah swt :
وَلَوْ شَآءَ اللهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَاحِدَةً وَّلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِ اِلَى اللهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu. (al-Maidah: 48).
Akan tetapi sayangnya, banyak orang yang menghalalkan segala cara untuk memenangkan persaingan tersebut. Banyak orang yang tidak lagi menggunakan etika dan moral dalam persaingan kehidupan. Padahal misi utama diutusnya rasulullah ke muka bumi adalah menyempurnakan moral atau akhlak manusia, sebagai mana sabda beliau :
قال النبي ص م : إِنَّمَا بُعِثْتُ لِاُتَمِّمَ مَكَارِمَ الاَخْلَاقِ
Sesungguhnya aku diutus, (tiada lain, kecuali) supaya menyempurnakan akhlak yang mulia.
Persaingan hidup memang tidak akan pernah berakhir, tetapi hendaklah senantiasa mengedepankan moral, akhlak dan etika. Barang siapa yang ingin memenangkan perlombaan, hendaklah menang dengan elegan. Karena setiap kebohongan dan kecurangan pasti tidak akan pernah menimbulkan kebahagiaan dan kedamaian.

By : Kuswantoro, S.Pd.I.