Sejak awal penciptaannya,
kehidupan manusia tidak lepas dari adanya persaingan. Bahkan sejak dari sebelum
manusia itu sendiri diciptakan oleh Allah. Para malaikat yang saat itu sudah
terlebih dahulu diciptakan oleh Allah merasa bahwa kehadiran manusia yang
hendak diciptakan Allah tersebut merupakan pesaing baginya. Mereka menyatakan
rasa tidak setujunya atas rencana Allah menciptakan satu makhluk lagi yang
bernama manusia, sebagaimana firman Allah swt :
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلـَٓـــئِكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى اْلاَرْضِ خَلِيْفَةً قَالُوْٓا
اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ
بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَاتَعْلَمُوْنَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ”Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: ”Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”. Tuhan berfirman: ”Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
(Al-Baqarah:30)
Dengan penjelasan Allah, mereka
akhirnya dapat menerima kehadiran manusia sebagai kholifah di bumi. Iblis yang
merasa bahwa dirinya lebih baik dari Adam, tidak menerima keputusan Allah atas
penciptaan dan penugasan Adam sebagai kholifah di bumi. Dan akhirnya
tersingkirlah Iblis dari neraka. Maka dimulailah persaingan antara iblis dengan
manusia. Setelah Adam dan Hawa diciptakan, maka muncullah kesempatan iblis
untuk menggelincirkan Adam dari surga. Dengan segala tipu dayanya, iblis merayu
Adam untuk melanggar larangan Allah, yaitu makan buah Khuldi. Akhirnya Adam dan
Hawa dikeluarkan dari surga.
Persaingan antara Iblis dengan
Adam belum berakhir. Bibit persaingan ini ditularkan oleh iblis kepada anak
cucu Adam. Puncak persaingan antar manusia kala itu ditandai dengan pertikaian
antara Habil dan Qobil untuk mendapatkan Iqlima sebagai istrinya. Pertikaian ini
berujung pada kematian Habil.
Apakah dengan kematian Habil ini
kemudian berakhir semua persaingan antar manusia? Tidak. Disetiap saat, selalu
terjadi persaingan antar sesama manusia. Semenjak awal penciptaan Nabi Adam
sampai akhir kehidupan dunia nanti, persaingan tidak akan pernah hilang. Bahkan
pada era globalisasi dan modern saat ini, persaingan antar sesama manusia sudah
merasuki setiap sendi kehidupan, baik itu di bidang pemerintahan, sosial,
ekonomi, budaya, politik, keamanan, dan lain sebagainya.
Allah tidak melarang terjadinya
persaingan tersebut. Tetapi tujuan akhir dari persaingan tersebut haruslah
berujung pada meningkatnya keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Sebagaimana
firman Allah swt :
وَلَوْ شَآءَ
اللهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَاحِدَةً وَّلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰكُمْ
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِ اِلَى اللهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا
كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ
Sekiranya
Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah
berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu. (al-Maidah: 48).
Akan tetapi
sayangnya, banyak orang yang menghalalkan segala cara untuk memenangkan
persaingan tersebut. Banyak orang yang tidak lagi menggunakan etika dan moral
dalam persaingan kehidupan. Padahal misi utama diutusnya rasulullah ke muka
bumi adalah menyempurnakan moral atau akhlak manusia, sebagai mana sabda beliau
:
قال النبي
ص م : إِنَّمَا بُعِثْتُ لِاُتَمِّمَ مَكَارِمَ الاَخْلَاقِ
Sesungguhnya aku diutus,
(tiada lain, kecuali) supaya menyempurnakan akhlak yang mulia.
Persaingan hidup memang tidak akan pernah berakhir, tetapi hendaklah
senantiasa mengedepankan moral, akhlak dan etika. Barang siapa yang ingin
memenangkan perlombaan, hendaklah menang dengan elegan. Karena setiap
kebohongan dan kecurangan pasti tidak akan pernah menimbulkan kebahagiaan dan
kedamaian.
By : Kuswantoro, S.Pd.I.